Minggu, 09 Mei 2010

Pernikahan

Pernikahan

Pernikahan merupakan salah satu sunnah Rasul SAW dan merupakan anjuran agama. Pernikahan yang disebut dalam al-Quran sebagai miitsaaqun ghaliizh, perjanjian agung, bukanlah sekedar upacara dalam rangka mengikuti tradisi, bukan semata-mata sarana mendapatkan keturunan, dan apalagi hanya sebagai penyaluran libido seksualitas atau pelampiasan nafsu syahwat belaka.

Pernikahan adalah amanah dan tanggungjawab. Bagi pasangan yang masing-masing mempunyai niat tulus untuk membangun mahligai kehidupan bersama dan menyadari bahwa pernikahan ialah tanggungjawab dan amanah, maka pernikahan mereka bisa menjadi sorga. Apalagi, bila keduanya saling menyintai.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang artinya,“Perhatikanlah baik-baik istri-istri kalian. Mereka di samping kalian ibarat titipan, amanat yang harus kalian jaga. Mereka kalian jemput melalui amanah Allah dan kalimah-Nya. Maka pergaulilah mereka dengan baik, jangan kalian lalimi, dan penuhilah hak-hak mereka.
” Ketika berbicara tentang tanggungjawab kita, Rasulullah SAW antara lain juga menyebutkan bahwa “Suami adalah penggembala dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya dan isteri adalah penggembala dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab atas gembalaannya.
” Begitulah, laki-laki dan perempuan yang telah diikat atas nama Allah dalam sebuah pernikahan, masing-masing terhadap yang lain mempunyai hak dan kewajiban. Suami wajib memenuhi tanggungjawabnya terhadap keluarga dan anak-anaknya, di antaranya yang terpenting ialah mempergauli mereka dengan baik. Istri dituntut untuk taat kepada suaminya dan mengatur rumah tangganya.
Masing-masing dari suami-isteri memikul tanggungjawab bagi keberhasilan perkawinan mereka untuk mendapatkan ridha Tuhan mereka. Apabila masing-masing lebih memperhatikan dan melaksanakan kewajibannya terhadap pasangannya daripada menuntut haknya saja, Insya Allah, keharmonisan dan kebahagian hidup mereka akan lestari sampai Hari Akhir. Sebaliknya, apabila masing-masing hanya melihat haknya sendiri karena merasa memiliki kelebihan atau melihat kekurangan dari yang lain, maka kehidupan mereka akan menjadi beban yang sering kali tak tertahankan.
Masing-masing, laki-laki dan perempuan, secara fitri mempunyai kelebihan dan kekurangannnya sendiri-sendiri. Kelebihan-kelebihan itu bukan untuk diperbanggakan atau diperirikan. Kekurangan-kekurang pun bukan untuk diperejekkan atau dibuat merendahkan. Tapi, semua itu merupakan peluang bagi kedua pasangan untuk saling melengkapi. Kedua suami-isteri bersama-sama berjuang membangun kehidupan keluarga mereka dengan akhlak yang mulia dan menjaga keselamatan dan keistiqamahannya selalu. Dengan demikian, akan terwujudlah kebahagian hakiki di dunia maupun di akhirat kelak, Insya Allah.
Oleh: KH. Dr. A. Mustofa Bisri

Selasa, 04 Mei 2010

Sayidah Fathimah: Wasilah Dzuriyah Nabi

Banyak pertanyaan kenapa keturunan Nabi Saw. dari Sayidah Fathimah, tidak diturunkan dari anak lelaki Nabi Saw. Padahal nasab dihubungkan pada laki-laki. Apa dasarnya? Pertama, Untuk menjawab jahiliatul arab; ‘alladzi yatasaabun biauladiha’, mereka yang fanatik sekali terhadap anak lelakinya.

Untuk menjawab ini Rasulullah Saw. bersabda “kulu bani anbiya yantami ila abihi, setiap keturunan nabi terhubung melalui ayahnya. Karena para nabi terdahulu tidak mengalami sebagaimana yang dialami oleh Rasulullah Saw. Maka dijadikan keturunan mereka dari lelaki. Dimana hidupnya Nabiyullah Zakaria, Nabiyullah Yahya, Nabiyullah Musa dan lain sebagainya, mereka tidak taasub, fanatik terhadap anak lelakinya.
Tapi berbeda dengan masyarakat Arab saat itu. Sehingga nilai seorang wanita sangat terpojok sekali. Ini dijawab oleh Allah, karena munculnya pendapat-pendapat orang mengatakan:’ bahwa sayidah Fathimah adalah perempuan, tidak mungkin keturunan Rasulullah Saw. dari perempuan, berarti kan putus. Rasulullah Saw. dianggap abtar”. Dijawab oleh Allah Taala apa? ‘Inna ‘Athoinaka al Kautsar, fasholli lirabbika wanhar inna Syani’aka huwa al abtar’. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS: AL Kautsar:1-3). Kalimah "huwa al Abtar", dialah yang terputus (keturunannya), kepada siapa? Kaum jahiliyah yang menyerang dan menuduh Rasulullah: bahwa 'Rasulullah tidak punya keturunan lelaki'. Jadi huwa, ‘dia’ (dialah yang terputus) dalam ayat terakhir itu kembali pada yang mengejek Rasulullah Saw.
Darisinilah Sayidah Fathimah’ melahirkan Al Hasan dan Al Husain. Dari asbat, keturunan inilah melahirkan tokoh-tokoh a’imah, para imam besar. Termasuk Imamuna Syafi’i sendiri diturunkan daripada ibu katurunan Sayidah Fathimah. Karena ibunya Imam Syafi'i adalah Hababah Fathimah binti Abdullah al Mahith Fathimah bin Hasan al Mutsana bin Hasan As sibthi bin Ali bin Abi Thalib.
Jadi Imam Syafi'i sendiri walaupun dari pihak perempuan masih ada tetesan darah dari Musthofa Saw. Sampai Rasulullah Saw. sendiri mengatakan: “Khairul qurun qorni… sampai hadis Wakhtarallahu min bani Adam Fulan …al Fulan, min bani Hasyim… sebelum Bani Hasyim Wakhtara al Quraisy”. Dari keturunan Adam Allah memilih Quraisy. Keturunan Quraisy siapa? Imam empat tidak terlepas al Quraisy, Khulafaur Rasyidin tidak terlepas dari al Quraisyi.
Banyak yang bertemu di Ka’ab. Rasulullah bin Abdullah bin Abdu Mthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy bin Kilab bin Ka’ab. Nah, dari sini ada yang ketemu di Luay ada yang bertemu di Abdi Manaf. Jadi Khulafaur Rasyidin termasuk dalam sabda Nabi; Wahktara min Quraiysy, Waktara al Hasyimi.
Dari Quraisy pilih lagi menjadi al Hasyimi dari al Hasyimi di pilih lagi Bani Muthalibi, sampai Bani Fathimah binti Rasulullah. "Jaalallahu Ahli Baiti min Fathimah wa Ali waana ashobihima wawaliyuhumma", Ya Allah jadikan ahli baitku dari Fathimah dan Ali Aku adalah kelompok mereka dan pelindung mereka, Itu sabda Nabi.
Kedua, untuk menyatakan keturunan dari anak perempuan bisa lahir orang-orang yang hebat seperti al Hasan dan Husain. Ketiga, kalau siti Maryam sebagai wanita yang paling utama pada zamannya bisa melahirkan orang hebat: Isa bin Maryam, maka Sayidah Fathimah sebagai wanita yang paling utama fi jamanih, pada jamannya bisa melahirkan keturunan yang hebat pula: al Hasan dan Husain.
Wallahu A’lam


Artikel oleh : Habib Luthfi Yahya